Catatan Penting

Mengelola Keuangan Rumah Tangga: Kisah Keluarga Inspiratif

Posted on

Mukaddimah

Rujukankisah.com,-  Siapa sih yang nggak pernah pusing mikirin keuangan rumah tangga? Yap, hampir semua keluarga pernah merasakannya. Tapi kali ini, kita akan bahas tentang sebuah keluarga inspiratif yang berhasil menjaga stabilitas keuangan mereka meski dalam kondisi pas-pasan. Yuk, simak kisah mereka dan ambil pelajaran berharga yang bisa kamu terapkan juga di rumah!

Awal Perjalanan Mereka dalam Mengatur Keuangan

Keluarga ini terdiri dari pasangan muda, Rani dan Dimas, yang baru menikah lima tahun lalu. Mereka memulai kehidupan rumah tangga dari nol, tanpa warisan ataupun bantuan dari orang tua. Dulu, mereka sering kali bingung bagaimana cara membagi gaji bulanan agar cukup sampai akhir bulan. Bahkan, pernah dalam satu bulan, mereka hanya bisa makan mie instan karena keuangan benar-benar menipis. Namun, dari pengalaman pahit itu, mereka mulai menyadari pentingnya membuat rencana keuangan. Mereka pun belajar dari berbagai sumber mulai dari buku, video YouTube, hingga ikut webinar tentang pengelolaan uang.

Mulai dari Mencatat Pengeluaran Harian

Langkah pertama yang mereka lakukan adalah mencatat semua pengeluaran harian, sekecil apa pun itu. Dari mulai beli gorengan seribu rupiah hingga bayar tagihan listrik, semuanya dicatat. Ternyata, kebiasaan kecil ini memberikan dampak besar. Rani mengatakan, “Kami jadi tahu ke mana saja uang kami pergi. Dulu merasa uang cepat habis, tapi ternyata karena jajan nggak terasa.” Mereka juga membuat kategori pengeluaran: kebutuhan pokok, cicilan, tabungan, dan hiburan. Dengan begini, mereka bisa mengevaluasi mana yang boros dan mana yang perlu dipangkas. Kebiasaan mencatat ini akhirnya jadi rutinitas harian yang membuat keuangan mereka lebih tertata.

Pentingnya Dana Darurat

Satu hal penting yang mereka pelajari dari webinar adalah memiliki dana darurat. Dimas bilang, “Dulu kami pikir menabung itu buat liburan, ternyata salah. Dana darurat itu wajib banget.” Mereka mulai menyisihkan sedikit demi sedikit dari penghasilan bulanan untuk disimpan sebagai dana darurat. Dana ini tidak boleh disentuh kecuali dalam kondisi darurat seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan mendesak lainnya. Dengan adanya dana darurat, mereka jadi lebih tenang menghadapi situasi tak terduga, terutama saat pandemi datang dan Dimas sempat dirumahkan selama beberapa bulan. Dana darurat tersebut menjadi penyelamat mereka di masa sulit itu.

Membuat Anggaran Bulanan yang Realistis

Rani dan Dimas sepakat untuk membuat anggaran bulanan yang realistis, tidak terlalu ketat namun juga tidak terlalu longgar. Mereka duduk bersama setiap akhir bulan untuk merencanakan kebutuhan bulan berikutnya. Mereka menggunakan aplikasi keuangan di smartphone agar lebih mudah memantau pengeluaran dan pemasukan. Dalam anggaran tersebut, mereka memprioritaskan kebutuhan pokok terlebih dahulu seperti makanan, listrik, air, dan biaya transportasi. Setelah itu baru memasukkan anggaran untuk hiburan atau makan di luar. Anggaran ini membantu mereka untuk tetap berada di jalur yang benar dan tidak tergoda untuk belanja impulsif.

Belajar Hidup Sederhana dan Hemat

Keluarga ini juga menerapkan prinsip hidup sederhana. Mereka tidak malu memakai barang secondhand atau berburu diskon saat belanja kebutuhan rumah. Rani bahkan suka bikin daftar belanja sebelum ke pasar supaya nggak kalap. Mereka juga menghindari utang konsumtif seperti beli gadget baru dengan cicilan. Menurut Dimas, “Gadget bisa nunggu, yang penting dapur tetap ngebul.” Hidup hemat bukan berarti pelit, tapi bijak dalam menggunakan uang. Prinsip ini membuat mereka bisa menyisihkan lebih banyak uang untuk ditabung dan diinvestasikan. Hidup sederhana juga membuat mereka lebih bersyukur dan bahagia karena tidak terpaku pada gaya hidup orang lain.

Menghindari Gaya Hidup Konsumtif

Salah satu tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah godaan gaya hidup konsumtif, terutama karena media sosial. Melihat teman-teman pamer liburan atau barang branded kadang membuat mereka tergoda. Tapi Rani dan Dimas punya trik jitu: mereka unfollow akun-akun yang memicu keinginan belanja dan lebih banyak mengikuti akun edukasi keuangan. Mereka juga punya prinsip “tunggu tiga hari” sebelum membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan. Biasanya, setelah tiga hari, keinginan itu hilang dan mereka sadar bahwa barang tersebut tidak terlalu penting. Dengan cara ini, mereka bisa mengendalikan diri dan lebih fokus pada tujuan keuangan jangka panjang.

Mengajarkan Anak tentang Uang Sejak Dini

Meskipun anak mereka masih kecil, Rani dan Dimas sudah mulai mengenalkan konsep uang. Mereka memberikan celengan khusus dan mengajarkan anak menabung dari uang jajan. Selain itu, mereka juga melibatkan anak dalam kegiatan belanja bulanan agar anak belajar membedakan kebutuhan dan keinginan. Menurut mereka, pendidikan keuangan sejak dini sangat penting agar anak tumbuh menjadi pribadi yang bijak dalam mengelola uang. Bahkan mereka membuat permainan seru seperti ‘market day’ di rumah untuk melatih anak berdagang kecil-kecilan. Cara ini terbukti efektif dan anak mereka pun jadi lebih menghargai uang serta tidak mudah merengek minta dibelikan barang.